Selasa, 24 Mei 2016

Stereotip, Fanatisme, Rasialisme dan Halo Effect



Stereotip, Fanatisme, Rasialisme dan Halo Effect

STEREOTIPE
Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat. Namun, stereotipe dapat berupa prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif. Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang.
Contohnya seperti orang sipit itu berarti orang cina, atau orang yang berjanggut panjang itu berarti orang arab.

FANATISME
Fanatisme adalah paham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan. Filsuf George Santayana mendefinisikan fanatisme sebagai, "melipatgandakan usaha Anda ketika Anda lupa tujuan Anda" dan menurut Winston Churchill, "Seseorang fanatisme tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya". Bisa dikatakan seseorang yang fanatik memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya dan cenderung tidak mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan.
Contoh dari fanatisme adalah supporter bola bonek atau sekarang banyak orang yang mengidolakan artis korea secara berlebihan.

RASIALISME

Rasialisme adalah suatu penekanan pada ras atau pertimbangan rasial. Kadang istilah ini merujuk pada suatu kepercayaan adanya dan pentingnya kategori rasial. Dalam ideologi separatis rasial, istilah ini digunakan untuk menekankan perbedaan sosial dan budaya antar ras. Walaupun istilah ini kadang digunakan sebagai kontras dari rasisme, istilah ini dapat juga digunakan sebagai sinonim rasisme. Penganut paham rasialisme ini sering disebut rasialis.

HALLO EFFECT

Halo effect adalah kesan positif atau negatif yang kita dapat dari orang yang baru kita temui berdasarkan karakteristik tertentu. Halo effect ini pertama kali diteliti oleh Edward .L. Thorndike. Ia meminta komandan perang untuk menilai para prajuritnya. Dari penelitian tersebut, Thorndike menemukan adanya korelasi yang tinggi antar semua kesan positif dan antar semua kesan negatif. Kesalahan persepsi dari halo effect ini ditinjau lagi pada fakta bahwa kita membentuk kesan menyeluruh mengenai seseorang. Kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat dan sulit tergoyahkan akan penilaian kita atas sifat-sifat sesorang secara spesifik. Kesan menyeluruh ini sendiri sering kita peroleh dari kesan pertama.
Contohnya seperti saat kita berkenalan dengan orang lain, lalu orang lain itu menunjukkan raut kurang enak, lalu kita menganggap dia adalah orang yang sombong. Padahal mungkin saja dia sedang tidak enak badan atau ada faktor lain. Tanpa sadar kita sudah menyimpulkan orang lain dengan hanya sedikit fakta.

0 komentar:

Posting Komentar