Stereotip, Fanatisme, Rasialisme dan Halo Effect
STEREOTIPE
Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya
berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat
dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan
secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan
membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat. Namun, stereotipe dapat
berupa prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan
untuk melakukan tindakan diskriminatif. Sebagian orang menganggap segala bentuk
stereotipe negatif. Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki
sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang.
Contohnya seperti orang sipit itu berarti orang cina, atau
orang yang berjanggut panjang itu berarti orang arab.
FANATISME
Fanatisme
adalah paham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu
secara berlebihan. Filsuf George Santayana mendefinisikan fanatisme sebagai,
"melipatgandakan usaha Anda ketika Anda lupa tujuan Anda" dan menurut
Winston Churchill, "Seseorang fanatisme tidak akan bisa mengubah pola
pikir dan tidak akan mengubah haluannya". Bisa dikatakan seseorang yang
fanatik memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya dan cenderung tidak mau
mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan.
Contoh dari
fanatisme adalah supporter bola bonek atau sekarang banyak orang yang
mengidolakan artis korea secara berlebihan.
RASIALISME
Rasialisme
adalah suatu penekanan pada ras atau pertimbangan rasial. Kadang istilah ini
merujuk pada suatu kepercayaan adanya dan pentingnya kategori rasial. Dalam
ideologi separatis rasial, istilah ini digunakan untuk menekankan perbedaan
sosial dan budaya antar ras. Walaupun istilah ini kadang digunakan sebagai
kontras dari rasisme, istilah ini dapat juga digunakan sebagai sinonim rasisme.
Penganut paham rasialisme ini sering disebut rasialis.
HALLO EFFECT
Halo effect
adalah kesan positif atau negatif yang kita dapat dari orang yang baru kita
temui berdasarkan karakteristik tertentu. Halo effect ini pertama kali diteliti
oleh Edward .L. Thorndike. Ia meminta komandan perang untuk menilai para
prajuritnya. Dari penelitian tersebut, Thorndike menemukan adanya korelasi yang
tinggi antar semua kesan positif dan antar semua kesan negatif. Kesalahan
persepsi dari halo effect ini ditinjau lagi pada fakta bahwa kita membentuk
kesan menyeluruh mengenai seseorang. Kesan yang menyeluruh ini cenderung
menimbulkan efek yang kuat dan sulit tergoyahkan akan penilaian kita atas
sifat-sifat sesorang secara spesifik. Kesan menyeluruh ini sendiri sering kita
peroleh dari kesan pertama.
Contohnya seperti
saat kita berkenalan dengan orang lain, lalu orang lain itu menunjukkan raut
kurang enak, lalu kita menganggap dia adalah orang yang sombong. Padahal mungkin
saja dia sedang tidak enak badan atau ada faktor lain. Tanpa sadar kita sudah
menyimpulkan orang lain dengan hanya sedikit fakta.
0 komentar:
Posting Komentar