Senin, 17 Oktober 2016

Metode Menganalisa Berita

Metode Menganalisis Berita
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menganalisa berita, yaitu analisis isi, analisis bingkai, analisis wacana, dan analisis semiotik. Sejalan dengan kemajuan teknologi, selain secara manual kini telah tersedia komputer untuk mempermudah proses penelitian analisis isi, yang dapat terdiri atas 2 macam, yaitu perhitungan kata-kata, dan “kamus” yang dapat ditandai yang sering disebut General Inquirer Program.
Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut.

1. Analisis Isi
Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.
Sejalan dengan kemajuan teknologi, selain secara manual kini telah tersedia komputer untuk mempermudah proses penelitian analisis isi.
Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut:
1. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).
2. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.
3. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.

2. Analisis Framing
Analisis Framing adalah bagian dari analisis isi yang melakukan penilaian tentang wacana persaingan antarkelompok yang muncul atau tampak di media. Dikenal konsep bingkai, yaitu gagasan sentral yang terorganisasi, dan dapat dianalisis melalui dua turunannya, yaitu simbol berupa framing device dan reasoning device. Framing device menunjuk pada penyebutan istilah tertentu yang menunjukkan “julukan” pada satu wacana, sedangkan reasoning device menunjuk pada analisis sebab-akibat. Di dalamnya terdapat beberapa ‘turunan’, yaitu metafora, perumpamaan atau pengandaian.

3. Analisis Wacana
Analisis wacana adalah analisis isi yang lebih bersifat kualitatif dan dapat menjadi salah satu alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif yang selama ini banyak digunakan oleh para peneliti. Jika pada analisis kuantitatif, pertanyaan lebih ditekankan untuk menjawab “apa” (what) dari pesan atau teks komunikasi, pada analisis wacana lebih difokuskan untuk melihat pada “bagaimana” (how), yaitu bagaimana isi teks berita dan juga bagaimana pesan itu disampaikan.
Beberapa perbedaan mendasar antara analisis wacana dengan analisis isi yang bersifat kuantitatif adalah sebagai berikut.
Analisis wacana lebih bersifat kualitatif daripada yang umum dilakukan dalam analisis isi kuantitatif karena analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori, seperti dalam analisis isi. Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata), sedangkan analisis wacana justru memfokuskan pada pesan yang bersifat latent (tersembunyi).Analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan” (what), tetapi tidak dapat menyelidiki bagaimana ia dikatakan (how).Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi, sedangkan analisis isi kuantitatif memang diarahkan untuk membuat generalisasi.
Model analisis wacana yang diperkenalkan oleh van Dijk sering kali disebut sebagai “kognisi sosial”, yaitu suatu pendekatan yang diadopsi dari bidang psikologi sosial. Menurut van Dijk, ada 3 dimensi yang membentuk suatu wacana sehingga analisis yang dilakukan terhadap suatu wacana harus meliputi ketiga dimensi tersebut, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.


4. Analisis Semiotik (Semiotic Analysis)
Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Menurut Eco, semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengannya cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.
Menurut Eco, ada sembilan belas bidang yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan kajian untuk semiotik, yaitu semiotik binatang, semiotik tanda-tanda bauan, komunikasi rabaan, kode-kode cecapan, paralinguistik, semiotik medis, kinesik dan proksemik, kode-kode musik, bahasa yang diformalkan, bahasa tertulis, alfabet tak dikenal, kode rahasia, bahasa alam, komunikasi visual, sistem objek, dan sebagainya. Semiotika di bidang komunikasi pun juga tidak terbatas, misalnya saja bisa mengambil objek penelitian, seperti pemberitaan di media massa, komunikasi periklanan, tanda-tanda nonverbal, film, komik kartun, dan sastra sampai kepada musik.

Selasa, 24 Mei 2016

Stereotip, Fanatisme, Rasialisme dan Halo Effect



Stereotip, Fanatisme, Rasialisme dan Halo Effect

STEREOTIPE
Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat. Namun, stereotipe dapat berupa prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif. Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang.
Contohnya seperti orang sipit itu berarti orang cina, atau orang yang berjanggut panjang itu berarti orang arab.

FANATISME
Fanatisme adalah paham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan. Filsuf George Santayana mendefinisikan fanatisme sebagai, "melipatgandakan usaha Anda ketika Anda lupa tujuan Anda" dan menurut Winston Churchill, "Seseorang fanatisme tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya". Bisa dikatakan seseorang yang fanatik memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya dan cenderung tidak mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan.
Contoh dari fanatisme adalah supporter bola bonek atau sekarang banyak orang yang mengidolakan artis korea secara berlebihan.

RASIALISME

Rasialisme adalah suatu penekanan pada ras atau pertimbangan rasial. Kadang istilah ini merujuk pada suatu kepercayaan adanya dan pentingnya kategori rasial. Dalam ideologi separatis rasial, istilah ini digunakan untuk menekankan perbedaan sosial dan budaya antar ras. Walaupun istilah ini kadang digunakan sebagai kontras dari rasisme, istilah ini dapat juga digunakan sebagai sinonim rasisme. Penganut paham rasialisme ini sering disebut rasialis.

HALLO EFFECT

Halo effect adalah kesan positif atau negatif yang kita dapat dari orang yang baru kita temui berdasarkan karakteristik tertentu. Halo effect ini pertama kali diteliti oleh Edward .L. Thorndike. Ia meminta komandan perang untuk menilai para prajuritnya. Dari penelitian tersebut, Thorndike menemukan adanya korelasi yang tinggi antar semua kesan positif dan antar semua kesan negatif. Kesalahan persepsi dari halo effect ini ditinjau lagi pada fakta bahwa kita membentuk kesan menyeluruh mengenai seseorang. Kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat dan sulit tergoyahkan akan penilaian kita atas sifat-sifat sesorang secara spesifik. Kesan menyeluruh ini sendiri sering kita peroleh dari kesan pertama.
Contohnya seperti saat kita berkenalan dengan orang lain, lalu orang lain itu menunjukkan raut kurang enak, lalu kita menganggap dia adalah orang yang sombong. Padahal mungkin saja dia sedang tidak enak badan atau ada faktor lain. Tanpa sadar kita sudah menyimpulkan orang lain dengan hanya sedikit fakta.

Sabtu, 26 Maret 2016

Teori-teori Komunikator



Assalamu’alaikum wr wb...

Teori-teori Komunikator
Teori ini menceritakan tentang mempelajar bagaimana individu bertindak sebagai komunikator dan dalam proses komunikasi
1.      Teori sifat
Sifat adalah sebuah pembeda cara berpikir bertingkah laku yang konsisten terhadap situasi.
Model dan Faktor Sifat ada lima yaitu :
·         Neuroticism
·         Extravertion
·         Openness
·         Agreeableness
·         Conscientiousness
Adapun penjelasannya adalah;
Neuroticism adalah kecenderungan orang yang bersifat berfikir negative
Ektravertion adalah kecenderungan orang yang bersifat terbuka dalam berinteraksi dan berpikir positif atau kebalikan dari neuroticism
Agreeableness adalah orang yang mempunyai kecenderungan sifat simpati yang tinggi
Openness orang yang mempunyai kecenderungan berfikir kreatif atau imajinasi yang tinggi dan menghayal
Conscientiousness orang yang mempunyai sifat disiplin
2.      Teori atribusi
Teori atribusi adalah teori ini menjelaskan menilai orang secara fisik maupun keterampilan
Adapun penyebab teori ini adalah :
·         Ability - kemampuan menggunakan sesuatu
·         Desire - keinginan untuk melakukan sesuatu
·         Belonging - perasaan memiliki
·         Abligation - tanggung jawab untuk melakukan sesuatu
·         Pengaruh lingkungan
·         Perizinan dan kewajiban